Disini Rangga yang sedang bercerita, aku adalah seorang anak kelas 9 generasi covid, pada awalnya aku mengira kalau covid atau corona atau apalah itu tidak benar-benar ada meskipun pada awalnya seperti itu, aku tinggal di daerah Yogyakarta Indonesia, dan seperti yang kita tau kota Yogyakarta terkenal dengan wisata kulinernya dan wisata belanjanya tidak lain dan tidak bukan adalah Malioboro.
Awal-awal covid meledak di tahun 2020 aku mengabaikan hal itu dan memilih mencari celah untuk nongkrong bersama pacar dan teman-teman lainya, kami mencari-cari celah ppkm atau psbb atau apalah itu namanya dan bepergian tidak jaga jarak dan tidak menggunakan masker samasekali, tapi kemudian suatu saat aku merasa ada yang aneh dengan indra perasa dan penciuman ku, dan aku berkipik positif mungkin ini cuman flue biasa saja toh flue juga kendalanya seperti itu kan?.
Aku sempet bertengkar dengan ibu ku dan bapak ku karena suhu badanku sangat panas dan sampai 37.53 derajat darisitu bapak memfonis aku positif covid 19 lalu menceramahi ku dengan berbagai macam ceramah yang kebanyakan tidak kudengarkan, tapi karena akupun merasa ada yang tidak beres lalu aku di periksa dan benar saja aku positif, kemudia aku di isolasi di rumah sakit selama 14 hari tanpa orang yang mengunjungi tanpa handphone yang menemani hanya bilik rumah sakit yang berwarna putih monoton yang menemaniki di tempat ini.
Kemudian aku berpikir dan parno jangan-jangan inilah akhir hidupku dan akumenyesali semua kekonyolandan kenaifanku dan mengajari ku untuk lebih bijaksana,dua minggu sudah dan aku di cek dan virus masih mendiami kemudian aku disarankan untuk isolasi mandiri dirmh dan aku di tempatkan di kamar atas di lantai dua itu kamar yang ku pakai ketika masih berada di sekolah dasar waktu itu aku sekolah di Kanisius.
Dan sama seperti waktu di rumah sakit tapi bedanya aku bisa melihat pemandangan luar yang dulunya ramai dengan orang-orang yang beraktifitas kini menjadi sepi dan tanpa orang sedikitpun dan kemudian aku selalu berdoa agar bisa kembali kesedia kala kemudian aku setiap hari berkata "terimakasih atas kesembuhan ini" secara berulang-ulang aku mensyukuri kesembuhanku dan tidak pernah merasa kalau aku pernah sakit,, yang perlu ku katakan aku tidakhanyaterkena covid tapi juga penyakit lain yang kumiliki juga ikut terpacu untuk muncul, pada saat itu aku hanya fokus berterimakasih dan bersyukur seakan-akan aku tidak pernah sakit. Aku mengambil buku bergambar tua yang kumiliki dan membacanya dan sekan tidak terjadi apa-apa meskipun aku tetap berda di kamar atas.
Dan syukurlah keluarga juga mendukung dan mengajaku mengobrol seskali dan menemani ku mengantarkan makan dan bercerita bersamaku, meskipun kemudian aku ditinggalkan sendirian, tapi itu mebuat aku bahagia dan beryukur hingga beberapa bulan aku berkata kalau aku sudah mulai baikan dan berkata pada orang tua ku, ibuk aku dah baikan sepertinya merekapun mengetes suhu badanku dan suhuku menjadi normal dan mengecek ku ternyata aku sudah tidak positif meski,lalu setelah itu aku memutuskan utuk di faksin pertama dan kedua dan semuanya lancar tanpa efek samping yang berarti.
Dan setelah itu aku mulai menerapkan prokes meskipun tidak ketat-ketat ya setidaknya menggunakan masker,lebih sering olahraga, behenti merokok, dan banyak tersenyum dan bahagia.
karena aku percaya jiwa yang bahagia jiwa yang kuat menghasilkan tubuh yang kuat dan hati yang gembira adalah obat yang paling mujarab.
No comments:
Post a Comment